Orang-orang wahhabi yang berkolaborasi dengan wangsa Suud menolak mentah-mentah bila dikatakan bahwa mereka telah memberontak kepada kekhilafahan Islam Turki Utsmani saat itu, dengan argumentasi bahwa Nejed tidak merupakan bagian dari distrik kekuasaan Turki Utsmani. Majlis para masyayikh mengikuti perdebatan tentang masalah ini, dan mengusulkan bukan hanya melihat pada Muhammad bin Abdul wahhab dan Muhammad bin Suud saja, tetapi kepada wahhabi dan wangsa Suudnya. Wangsa Suud ini adalah para penerus Muhammad bin Suud, bisa dibaca dengan menempatkannya sebagai wangsa yang berkolaborasi dengan wahhabi untuk ikut menghancurkan Turki Utsmani, di antaranya:
Salah seorang keturunan wangsa Suud ada yang dibawa ke Turki Utsmani dan dihukum di Turki Utsmani. Pemimpin wangsa Suud saat itu adalah Abdullah bin Muhamamd Suud, ayah dari Turki bin Abdullah. Abdullah bin Suud dipenggal kepalanya di Istambul, karena dianggap memberontak. Ini menunjukkan bahwa, wangsa Suud dianggap Turki Utsmani sebagai mengobarkan perlawanan, dan dihadapi dengan kekuatan bersenjata.
Orang-orang wahhabi sering menolak kalau dikatakan memberontak terhadap pemerintahan khilafah islam Turki Utmani, karena Nejed tidak termasuk distrik kekuasaan Turki Utsmani. Dalam hal ini, soal Nejed tidak masuk dalam distrik yang disebutkan ada 14 wilayah di jazirah Arab (dari 32 distrik yang dikuasai Turki Utmani), tidak perlu dibaca secara leterlek, Nejed sebagai sebuah provinsi secara langsung, karena Nejed saat itu masih menjadi kerajaan kecil yang dipimpin amir yang berketrunan Yahudi, dan tidak banyak diperhitungkan. Nejed baru diperhitungkan ketika menyerang daerah-daerah sekitar yang dilindungi oleh kekhilafahan Islam, termasuk tempat-tempat suci, semacam Karbala, Makkah dan lain-lain. Jadi yang tepat adalah, perlawanan yang dilakukan wangsa Suud untuk ikut meruntuhkan Turki Utsmani, dengan menghancurkan atau menguasai daerah-daerah yang dilindungi Turki Utmani.
Kebencian orang-orang wahhabi terhadap Turki Utsmani melampaui batas-batas kewajaran, ketika mereka menganggap orang-orang Turki Utmani dan yang membela khilafah Islam sebagai murtad dan keluar dari Islam, yang berarti terhadap kaum muslimin. Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Syaikh (Muhammad) yang wafat tahun 1233 H rahimahullah, telah menulis risalah yang beliau beri judul ad-Dalâil, di dalamnya dia menjelaskan kemurtadan orang-orang itu (Turki Utsmani) bahkan kemurtadan orang yang membantu dan mendukung mereka dari kaum muslimin. Kebencian teradap Turki Utsmani telah membutakan mata hati orang-orang wahhabi, bahwa orang-orang dan kaum muslimin yang mendukung keutuhan Turki Utsmani saat itu pun dianggap murtad, sebagaimana disebutkan oleh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Syaikh (Muhammad).
Dengan sendirinya wahhabi, bisa dilihat memiliki kepentingan hancurnya Turki Utsmani, dengan merebut wilayah-wilayah yang di bawah perlindungan kekhilafahan Islam, termasuk di Hijaz, menghancurkan makam Imam Husein di Karbala, dan wilayah-wilayah lain. Penghancuran ini sebenarnya didorong bukan soal gagasan tauhid yang dibangunnya, tetapi gagasan sempit dan keinginan superioritas etnis Arab saat itu, yang tidak ingin berada di bawah kekuasaan orang-orang Islam dari Turki. Segala cara, termasuk cara-cara keji menghancurkan, membunuh, dan memenggal sesama umat Islam, ulama, dan anak-anak di wilayah-wilayah yang diserangnya, dan yang sebenarnya masuk perlindungan kekuasaan Turki Utsmani, dengan sendirinya menunjukkan pikiran picik di tengah Turki Utsmani menghadapi problem-problem internal dan musuh-musuh dari Barat saat itu. Gagasan tauhidnya saat itu, benar-benar bisa digunakan untuk menghancurkan umat Islam, dan konsentrasi Turki Utsmani menghadapu raksasa Barat, apalagi diramu dengan penyerangan-penyerangan ke wilayah-wilayah, dan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya, sebagaimana banyak disebutkan sejarawan non-wahhabi.
oleh Abu Zaid
Sumber : Nukhittah26
http://www.facebook.com/note.php?note_id=159371884080802&id=1611390825
MENGUNGKAP PERSEKONGKOLAN WAHABI DAN PENGUASA SAUDI DALAM MENGHANCURKAN KHILAFAH
*
Salah seorang keturunan wangsa Suud ada yang dibawa ke Turki Utsmani dan dihukum di Turki Utsmani. Pemimpin wangsa Suud saat itu adalah Abdullah bin Muhamamd Suud, ayah dari Turki bin Abdullah. Abdullah bin Suud dipenggal kepalanya di Istambul, karena dianggap memberontak. Ini menunjukkan bahwa, wangsa Suud dianggap Turki Utsmani sebagai mengobarkan perlawanan, dan dihadapi dengan kekuatan bersenjata.
Orang-orang wahhabi sering menolak kalau dikatakan memberontak terhadap pemerintahan khilafah islam Turki Utmani, karena Nejed tidak termasuk distrik kekuasaan Turki Utsmani. Dalam hal ini, soal Nejed tidak masuk dalam distrik yang disebutkan ada 14 wilayah di jazirah Arab (dari 32 distrik yang dikuasai Turki Utmani), tidak perlu dibaca secara leterlek, Nejed sebagai sebuah provinsi secara langsung, karena Nejed saat itu masih menjadi kerajaan kecil yang dipimpin amir yang berketrunan Yahudi, dan tidak banyak diperhitungkan. Nejed baru diperhitungkan ketika menyerang daerah-daerah sekitar yang dilindungi oleh kekhilafahan Islam, termasuk tempat-tempat suci, semacam Karbala, Makkah dan lain-lain. Jadi yang tepat adalah, perlawanan yang dilakukan wangsa Suud untuk ikut meruntuhkan Turki Utsmani, dengan menghancurkan atau menguasai daerah-daerah yang dilindungi Turki Utmani.
Kebencian orang-orang wahhabi terhadap Turki Utsmani melampaui batas-batas kewajaran, ketika mereka menganggap orang-orang Turki Utmani dan yang membela khilafah Islam sebagai murtad dan keluar dari Islam, yang berarti terhadap kaum muslimin. Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Syaikh (Muhammad) yang wafat tahun 1233 H rahimahullah, telah menulis risalah yang beliau beri judul ad-Dalâil, di dalamnya dia menjelaskan kemurtadan orang-orang itu (Turki Utsmani) bahkan kemurtadan orang yang membantu dan mendukung mereka dari kaum muslimin. Kebencian teradap Turki Utsmani telah membutakan mata hati orang-orang wahhabi, bahwa orang-orang dan kaum muslimin yang mendukung keutuhan Turki Utsmani saat itu pun dianggap murtad, sebagaimana disebutkan oleh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Syaikh (Muhammad).
Dengan sendirinya wahhabi, bisa dilihat memiliki kepentingan hancurnya Turki Utsmani, dengan merebut wilayah-wilayah yang di bawah perlindungan kekhilafahan Islam, termasuk di Hijaz, menghancurkan makam Imam Husein di Karbala, dan wilayah-wilayah lain. Penghancuran ini sebenarnya didorong bukan soal gagasan tauhid yang dibangunnya, tetapi gagasan sempit dan keinginan superioritas etnis Arab saat itu, yang tidak ingin berada di bawah kekuasaan orang-orang Islam dari Turki. Segala cara, termasuk cara-cara keji menghancurkan, membunuh, dan memenggal sesama umat Islam, ulama, dan anak-anak di wilayah-wilayah yang diserangnya, dan yang sebenarnya masuk perlindungan kekuasaan Turki Utsmani, dengan sendirinya menunjukkan pikiran picik di tengah Turki Utsmani menghadapi problem-problem internal dan musuh-musuh dari Barat saat itu. Gagasan tauhidnya saat itu, benar-benar bisa digunakan untuk menghancurkan umat Islam, dan konsentrasi Turki Utsmani menghadapu raksasa Barat, apalagi diramu dengan penyerangan-penyerangan ke wilayah-wilayah, dan pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya, sebagaimana banyak disebutkan sejarawan non-wahhabi.
oleh Abu Zaid
Sumber : Nukhittah26
http://www.facebook.com/note.php?note_id=159371884080802&id=1611390825
MENGUNGKAP PERSEKONGKOLAN WAHABI DAN PENGUASA SAUDI DALAM MENGHANCURKAN KHILAFAH
1 comments:
Muhammad bin Abdul wahhab adalah penyeru kepada Tauhid.
Muhammad bin Abdul wahhab BUKANLAH "penyeru" mengajak kepada ideologi Arab Saudi sekarang, akan tetapi Arab Saudi sekarang disebut2 sbg wahabi dikarenakan didirikan oleh cucu keturunan Muhammad bin Abdul wahhab.