Bagaimana perjuangan Rasulullah saw. dalam dakwah sehingga beliau mendirikan Negara Islam pertama di Madinah dan berkuasa selama sekitar 10 tahun dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan negara beliau saw. hingga meliputi seluruh jazirah Arab?
*
Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Ad Daulah Islamiyyah menulis bahwa Rasulullah saw. setelah menyampaikan kenabian dan kerasulan beliau secara terang-terangan, orang-orang yang percaya beliau kumpulkan dan beliau bina secara khusus hingga memiliki cara berfikir dan pengendalian diri yang Islami. Beliau saw. membina kelompok kader itu secara rahasia di rumah Al Arqam bin Abil Arqam agar suatu ketika siap mengemban dakwah memikul beban risalah Islam. Kelompok inilah cikal bakal umat Islam yang pertama dan Partai Islam yang pertama. Orang-orang Quraisy menyebut mereka sebagai Partai Muhammad (Hizbu Muhammad). Allah SWT menyebut mereka sebagai Partai Allah (Hizbullah).
Setelah Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam dan bergabung di dalam kelompok tersebut, dengan dipimpin Rasulullah saw. kelompok tersebut secara demonstratif menuju Ka’bah menyatakan diri sebagai pengemban Islam: agama baru dan agama yang benar (diinul haq). Abu Bakar sebagai salah seorang dari mereka berpidato di hadapan seluruh masyarakat Quraisy yang berkumpul di sekeliling Ka’bah. Tak lama setelah Abu Bakar berpidato, sekelompok kaum musyrikin Quraisy menyerbunya dan menghajar-nya hingga babak belur dan pingsan (lihat Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah).
Sejak peristiwa deklarasi partai pejuang kebenaran risalah langit yang terakhir itu, kaum muslimin selalu mendapat ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang tak henti-hentinya hingga mereka hijrah ke Madinah sepuluh tahun kemudian. Namun semua tindakan teror dan intimidasi yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy itu dihadapi kaum muslimin angkatan pertama itu dengan sabar dan tetap teguh berjuang mengemban dakwah Islam tanpa kenal lelah, jemu, maupun putus asa.
Ayat-ayat Al Qur’an pun selalu memotivasi Rasulullah saw. dan para sahabat untuk terus berjuang. Antara lain Allah SWT berfirman:
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap” (QS. Alam Nasyarah 7-8).
Yang patut dicatat, sekalipun pria Arab umumnya bersenjata, namun Rasulullah saw. tidak memobilisir kaum muslimin yang menjadi para sahabat dan pengikut beliau untuk menjadi sebuah kekuatan bersenjata dalam menghadapi serangan dan gangguan orang-orang kafir Quraisy, khususnya yang selalu mereka tujukan terhadap sebagian kaum muslimin dari kalangan orang-orang yang lemah (mustadh’afin) seperti para budak yang masuk Islam.
Memang metode dakwah beliau bukanlah metode adu okol secara fisik, tapi justru metode adu akal dan pembuktian yang argumentatif. Allah SWT berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” (QS. An Nahl 125).
Dengan sentuhan-sentuhan ayat-ayat Al Qur’an yang mengajak manusia berfikir, Rasulullah saw. berdiskusi dengan masyarakat musyrikin Quraisy yang berotak beku dan terbelenggu dalam paganisme serta tenggelam di lembah jahiliyyah. Rasul mengajak mereka menuju cahaya hidayah dengan risalah yang beliau bawa. Beliau saw. mengajak mereka, terutama para pemimpin Quraisy, untuk meninggalkan sistem hidup jahiliyyah kepada sistem hidup baru, yakni Sistem Islam. Lantaran mereka beku dan bersikukuh mempertahankan adat istiadat jahiliyyah tanpa ilmu dan petunjuk itu, maka Rasulullah saw. bersama para sahabat melakukan konfrontasi pemikiran dan politik terhadap mereka.
Secara konsisten Rasulullah saw. berjuang melawan sikap kepala batu para pemimpin Quraisy. Tanpa kompromi. Tidak ada koalisi atau duduk bersama orang kafir Quraisy mengguna-kan sistem bersama, memadukan Islam dengan jahiliyyah. Tak ada giliran penerapan sistem jahiliyyah dengan sistem Islam. Rasulullah saw. menolak tawaran kekuasaan dari Abu Jahal dkk. dengan syarat meninggalkan sistem Islam. Sebaliknya, Rasulullah saw. menawarkan kalimat tauhid Lailahaillallah sebagai dasar kekuasaan kepada Abu Jahal dkk. (Ibnu Katsir, idem).
Oleh karena itu, tidak bisa dibenarkan sikap sejumlah Partai Islam yang mengadopsi sistem demokrasi untuk perjuangan politik mereka. Sebab, tidak dibenarkan seorang muslim yang benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan menjadikan Rasulullah saw. sebagai panutannya (uswatun hasanah) duduk di parlemen bersama orang-orang kafir untuk mewujudkan sistem kompromi Islam-sekuler.
Apakah Rasulullah saw. tidak pernah berhubungan dengan orang kafir? Justru beliau saw. mendakwahi mereka untuk mempercayai kerasulan beliau saw. dan menerapkan sistem kehidupan berdasarkan wahyu Allah yang beliau bawa. Bahkan Rasulullah saw. meminta perlindungan dan pertolongan (thalabun nushrah) dari qabilah-qabilah yang belum Islam yang ada di sekitar Makkah untuk mendapatkan perlindungan, dukungan, dan kekuasaan untuk menerapkan Islam.
Namun pertolongan (nusrah) itu benar-benar terwujud dan beliau saw. mendapatkan kekuasaan sebagai kepala negara, setelah sejumlah tokoh kota Yatsrib masuk Islam dan membai’at beliau saw. dan menyerahkan kekuasaan atas kota Madinah kepada beliau saw. dalam Bai’at Aqabah II dan meminta beliau saw. hijrah ke kota tersebut. Rasulullah saw. mendapatkan kekuasaan politik tanpa kekerasan.
Jadi perjuangan dan dakwah Rasulullah saw. adalah perjuangan pemikiran dan politik, tanpa perjuangan fisik.
RASULULLAH SAW. MEMBANGUN ANGKAT-AN BERSENJATA DI MADINAH
Setelah Baiat Aqabah II, saat itu pun orang-orang Yatsrib (kota yang di kemudian hari berubah menjadi Madinah) meminta izin kepada Rasulullah saw. untuk memerangi kaum musyrikin di Mina (dekat Makkah). Namun beliau saw. melarang dengan menyatakan: “Kita belum diperintahkan untuk itu”.
Rasulullah saw. baru membangun kekuatan militer setelah hijrah ke Madinah. Sebab, sebagai lazimnya kepala negara lainnya, Rasulullah saw. harus melindungi wilayah teritorial, penduduk, dan segala sistem masyarakat yang dipimpinnya dari serangan-serangan luar negeri maupun adanya gangguan-gangguan di dalam negeri. Allah SWT mengijinkan dan memerintahkan kaum muslimin (baik Muhajirin maupun Anshar) di negara baru Madinah untuk memerangi orang-orang musyrik. Allah SWT berfirman:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (QS. Al-Hajj 39).
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim” (QS. Al Baqarah 193).
Dan sebagai sebuah negara yang lazim memiliki musuh, baik yang nyata maupun yang laten, Rasulullah saw. diperintahkan untuk membangun kekuatan yang nggegirisi (menakut-kan, red.) bagi orang-orang kafir yang memusuhi. Allah SWT berfirman:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya…” (QS. Al Anfal 60).
Oleh karena itu, kaum muslimin harus merapatkan barisan dan bergabung dengan Perjuangan Islam yang konsisten untuk menegakkan sistem Islam di muka bumi dengan cara damai. Dengan perjuangan pemikiran dan politik. Tanpa kekerasan.
Dengan ikatan Aqidah Islamiyyah dan Tsaqafah Islamiyyah yang kuat, insyaallah kaum muslimin dapat menepis segala aral melintang serta berbagai rekayasa dan tipuan. Kita yakin, penggunaan kekuatan fisik oleh suatu kelompok atau gerakan dakwah akan mudah dipatahkan dan ditaklukkan serta dimusnahkan dan diberi image yang buruk sebagai pengacau, perusuh, teroris, bahkan pemberontak. Perjuangan kompromis dalam sistem demokrasi hanya akan membuat aspirasi Islam terkungkung oleh sebuah sistem tipuan, bahkan aspirasi Islam itu akan membusuk kalau tidak menguap.
Bagaimana umat ini bisa berjuang? Tentu dengan metode dan langkah yang diserukan Rasulullah saw. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” (QS. Al Anfal 24).
http://m-tri.com/2009/08/artikel-mendirikan-negara-islam-tanpa-kekerasan/
(CP/Asseifff)
0 comments: