Tahun
2012 boleh berlalu dan awal tahun 2013 telah lewat seminggu. Namun
meskipun begitu, refleksi dan introspeksi tidaklah dipagari oleh waktu.
Semua stasiun TV yang menghadirkan kaleidoskop tahunannya dengan jelas
memperlihatkan bahwa masyarakat masih saja terus didera oleh masalah
yang multikompleks layaknya sarang laba-laba.
‘digantungnya’ masalah perburuhan, masih buramnya potret hukum dan penegakan keadilan, proses legislasi yang liberal dan sarat akan kepentingan para kapitalis, makin menjadinya kenakalan dan kriminalitas remaja, penanganan isu terorisme dan deradikalisasi yang -dengan setianya- selalu menjadikan Islam sebagai target, berulangnya penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi saw. dan pergolakan yang semakin meluas di dunia Islam khususnya kawasan Arab.
Meski memiliki perbedaan intensitas dan objek permasalahan yang dialami, semuanya menunjukkan baik masyarakat negeri ini maupun dunia global, perlahan tapi pasti, telah hilang selera dalam memercayakan pengaturan urusan umat terhadap pemerintah sebab mereka hanya dijadikan objek gombalan dan jajahan. Melihat reaksi yang terjadi, bukan tak mungkin tahun 2013 menjadi momentum menuju perubahan yang hakiki sebab semakin banyak masyarakat yang meraba-raba solusi fundamental dan komprehensif, bukan lagi solusi pragmatik nan temporal untuk menyelesaikan ini semua. Oleh karenanya, ada beberapa poin yang harus diperhatikan :
Pertama, setiap penerapan sistem sekuler, yakni sistem yang tidak bersumber dari Allah SWT, Sang Pencipta manusia, kehidupan dan alam semesta yang Maha Tahu, pasti akan menimbulkan kerusakan dan kerugian bagi umat manusia di berbagai bidang kehidupan. Maka benarlah apa yang dikatakan Imam Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya: “Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, yakni menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada rasul-Ku, ia berpaling darinya dan berpura-pura melupakannya dan mengambil dari selainnya sebagai petunjuknya; “maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” yakni di dunia.” (Imam Ibn Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm). Semestinya semua itu menyadarkan kita untuk segera meninggalkan kapitalisme yang merusak dan merugikan manusia dan mendorong kita untuk bersegera kembali ke jalan yang diridhai Allah SWT.
Kedua, demokrasi yang dalam teorinya dari rakyat-oleh rakyat-untuk rakyat, nyatanya tidak pernah membiarkan rakyat di negeri-negeri Muslim membawa negaranya ke arah Islam. Barat selalu berusaha agar sistem yang diterapkan tetaplah sistem sekuler, sebagaimana yang tampak dari proses legislasi di parlemen dan kebijakan pemerintah yang sangat pro Barat seperti program war on terrorism. Cengkeraman Barat juga tampak di negeri-negeri muslim yang tengah bergolak seperti di Suriah, Mesir, dan negara lainnya. Hal ini semestinya memberikan peringatan pada umat Islam untuk tidak mudah terkooptasi oleh kepentingan negara penjajah, dan pada penguasa untuk menjalankan kekuasaannya dengan benar, penuh amanah, bukan demi nafsu serakah kekuasaan dan kesetiaan pada negara penjajah.
Ketiga, bila benar kita ingin lepas dari masalah tersebut, maka kita harus melakukan perubahan yang hakiki, yakni dengan memilih sistem yang baik dan pemimpin yang amanah. Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Dzat yang Maha Baik, itulah syariah Islam yang diwujudkan dalam bingkai Khilafah. Dengan sistem ini pula terdapat nilai transedental kesadaran akan hubungan dengan Allah SWT dalam setiap aktifitas sehari-hari yang akan membentengi setiap orang agar bekerja ikhlas, tidak terkontaminasi oleh kepentingan pribadi, golongan maupun asing.
Keempat, kita harus optimis bahwa Khilafah akan kembali tegak di Dunia Islam, termasuk di Indonesia. Selain karena kesadaran umat untuk berjuang bersama-sama menegakkan Khilafah makin menguat dari hari ke hari, baik dalam negeri maupun global, yang perlu diyakini adalah perjuangan menerapkan syariah dan menegakkan Khilafah adalah perjuangan yang didasarkan pada keimanan karena tegaknya syariah dan khilafah merupakan janji Allah SWT (Lihat: QS an-Nur [24]: 55) dan Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.
Syariah dan Khilafah pasti akan diterapkan kembali. Namun, yang terpenting hendaknya kita tidak ‘menunggu bola’, tapi ‘menjemput bola’ dengan turut berpartisipasi dalam mewujudkannya, sehingga kita layak mendapat kemuliaan di dunia dan pahala besar, serta keridhaan Allah SWT di akhirat. Itulah langkah dari perubahan hakiki yang harus kita lakukan mulai 2013 ini.
Kamila Aziza Rabiula
Anggota Departemen Kajian Strategis Kementrian Luar Negeri BEM Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad
No HP : 085795772150
0 comments: