HTI: Kami Bebeda dengan Syiah Secara Ushul dan Furu'.
Jumat pagi (24/4/2015), pertemuan dua ormas keagamaan berlangsung di Alqur'an Learning Center (AQL) Tebet Jakarta Selatan. Adalah Majilis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat menerima sejumlah pengurus pusat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Dari pihak MIUMI sebagai tuan rumah terdiri dari beberapa inisiator dan pengurus pusat seperti Dr. Zaitun Rasmin, Dr. Jeje Zainuddin, Ust. Fadlan Garamatan, Ust. Fahmi Salim, MA, Ust Adnin Armas, MA, dan Ust. Farid Okbah, MA. Adapun dari pihak HTI terdiri dari, Ust. Ir. Ismail Yusanto, Ust. Rohmat S. Labib, MEI, Ust.KH. Hafid Abdurrahman, MA, Ust. Reza R, Ust. M. Rahmat, K, dan Ust, Budi Darmawan.
Pertemuan berlangsung dengan hidmat dan penuh kekeluargaan. Selaku tuan rumah, pihak MIUMI mempersilahkan jubir HTI, Ir. Ismail Yusanto untuk mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya, beliau pun langsung menyampaikan beberapa poin terkait perkembangan HTI dan masalah keumatan di Indonesia dan global.
Pimpinan HTI Indonesia itu menuturkan bahwa, tantangan umas Islam pada masa kini bersifat, iktikadiah, siasiyah, iqtisadiyah, dan ijtimaiyah. Karena itu, penting melakukan upaya membangun informasi antar sesama harakah dan ormas keislaman, karena pada saat yang sama begitu banyak golongan yang ingin melakukan faksionalisasi dan fraksionalisasi terhadap umat Islam. Dan ini, kalau tidak disikapi dengan baik, akan menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan.
Saat ini, HTI juga menjadi salah satu sasaran tembak dan terzalimi, bahkan kami dituduh sebagai ISIS padahal di satu sisi pemimpin kami dieksekusi oleh ISIS di Yaman, kami juga ditangkapi Syiah Hausti, di Saudi juga kami diperlakukan tidak adil, padahal NU menuduh kami sebagai Wahabi.
Inilah manfaatnya kita melakukan interaksi, karena itu, pagi ini dengan izin Allah, kami sangat bahagia ketika dihubungi Ust. Fadlan untuk bertemu dan bersilaturrahim dengan para ulama di sini.
Akhir-akhir ini begitu banyak tuduhan pada HTI yang bertubi-tubi dari berbagai pihak, terutama media, maka HTI tidak merespon dengan maksimal karena hanya menghabiskan tenaga. Kami mengajak umat, untuk menyadari adanya pembusukan, ungkap Ismail Yusanto.
Ust Farid Okbah, langsung melayangkan pertanyaan kepada pihak HTI terkait isu-isu yang berkembang di tengah umat terutama posisi dan sikap HTI dalam memandang Syiah, dan serangan koalisi Arab Saudi ke Yaman.
Ust Rohmat S. Labib, dari HTI menjawab ketika menanggapi berbagai tuduhan kepada HTI, sebagai berikut:
Pertama. Pandangan HTI tentang Syiah dalam kitab-kitab panduan HTI, bahwa perbedaan Syiah dan Sunni bermula pada masalah imamah yang berbeda dengan khilafah sebagaimana yang diperjuangkan HTI. Begitu juga, terkait kitab2 fikih Syiah dengan HTI juga sangat berbeda. Kita merujuk pada hadis sedangkan mereka berpandukan pada perkataan imam mereka.
HTI melihat bahwa tidak ada satu pun nash yang mengatakan penetapan khalifah, maka inilah menjadi pembeda pokok karena Syiah memandang bahwa imamah berbentuk penetapan dari nash yang menetapkan bahwa hanya Ali dan beberapa Ahlul Bait berhak menjadi pengganti kepemimpinan Nabi.
Kedua, sikap terhadap para Sahabat. Syiah mengafirkan para khalifah dan sahabat serta melaknat mereka. Dalam kitab, Nizamul Hukmi fil-Khalifah, di situ semua diterangkan tata cara memilih dan mengangkat khalifah.
Sahabat itu adalah manusia yang adil, di sana disebutkan bahwa dalil syar'I merupakan ijmak sahabat, dan dari merekalah kita mendapatkan hadis Nabi, nah, jika mereka berijma' dalam satu masalah maka semestinya menjadi sebuah ketetapan hukum. Maka, HT memandang Sahabat secara kolektif sebagai ketetapan hukum. Inilah antara pandangan HTI sebagai dasar pembeda dengan syiah.
Ketiga. Syiah memiliki keyakinan tentang 'ishmatul aimmah, kemaksuman para imam, dan akidah taqiyah ditolak keras oleh HTI. Dari segi syariat Syiah menghalalkan nikah mut'ah yang diharamkan oleh umat Islam termasuk HT.
Dengan ini dapat kita mengambil kesimpulan bahwa perbedaan Syiah dengan HTI adalah pada tataran ushul dan furu', atau kita berbeda dengan Syiah dari segi pondasi dan bangunan.
Terkait desas-desus bahwa HT pernah menawari Imam Khomeini sebagai Khalifah, itu tidak benar. Pada saat itu, HT hanya menawarkan konsep khilafah sebagaimana dipahami oleh Ahlussunnah, dan jika Khomeini menerimanya, maka syarat pertama dan utama, ia harus beralih ke Ahlussunnah, dan jelas usulan HT ini ditolak mentah-mentah oleh Khomeini.
Terkait masalah, Yaman, tidak pernah ada satu kata pun yang menyatakan bahwa kami mendukung Hautsi yang syiah. Yang dikritik HT hanya Arab Saudi terlihat tidak tegas dalam membela Ahlusnnah di Suriah terus-menerus dibantai oleh Bashar Assad yang jelas-jelas beraliran Syiah Nushairiyah.
Ust. Zaitun Menanggapi bahwa dalam masalah furu' silahkan kita berbeda, namun komunikasi antar sesama harus dibangun dan dirawat. Kita sama-sama memperjuangkan syariat, adapun bagaimana bentuknya, itu bisa didiskusikan, yang jelas tujuan utama khilafah adalah menegakkan syariat.
Dan terkait masalah serangan "ashifatul hazm" oleh koalisi Arab Saudi, memang sangat dibutuhkan, karena Syiah Hautsi sudah mengancam Arab Saudi dan begitu kejam kepada para Ahlussunnah di Yaman, mereka tak segan-segan membunuh manusia-manusia tak bersalah secara kejam, termasuk mahasiswa asal Indonesia yang sudah belasan tewas oleh Hautsi.
Sedangkan terkait masalah dukungan Amerika terhadap Saudi untuk menyerang Yaman, pada hakikatnya hampir tidak ada negara yang tidak tergantung oleh Amerika, termasuk Iran sendiri. Dalam segi ekonomi saja, semua mata uang diukur dengan mata uang Amerika.
Ust. Jeje Zainuddin menambhakan bahwa operasi 'Badai Gurun' Saudi dan negara teluk karena Syiah Hautsi sudah berkoar mengancam akan merebut dan menduduki kota suci Makkah dan Madinah, maka menjadi kewajiban bersama umat Islam untuk menjaga keamanan dan kedua kota suci tersebut.
Sementara itu, Ust. Fahmi Salim melihat bahwa Syiah pada dasarnya adalah bagian dari peruntuh Khilafah Turki Usmani, bahkan Syiah sangat berperan penting menghadang kapal dagang Islam dari timteng di bawah bendera khilafah Usmani untuk masuk ke Nusantara, plus meloloskan Portugis untuk masuk menjajah dan menyebarkan agama Kristen. Jadi Syiah menjadi salah satu aktor penting krestenisasi di nusantara termasuk indonesia. Saat ini, zionis, kristen, dan syiah bersatu menghantam umat Islam.
Ust. Farid Okbah melihat bahwa saat ini, ada dua hal yang bisa menyatukan umat. Pertama adalah adanya tokoh kharismatik. Kalau dulu kita kenal KH. Hasyim As'ari dan Ahmad Dahlan, tapi saat ini kita benar-benar krisis tokoh. Kedua, adanya common enemy, atau musuh bersama. Saya melihat bahwa Syiah adalah musuh bersama yang dapat menyatukan umat. HTI termasuk dalam barisan umat yang melawan Syiah. (Ilham Kadir, HUMAS MIUMI Pusat).
*
Jumat pagi (24/4/2015), pertemuan dua ormas keagamaan berlangsung di Alqur'an Learning Center (AQL) Tebet Jakarta Selatan. Adalah Majilis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat menerima sejumlah pengurus pusat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Dari pihak MIUMI sebagai tuan rumah terdiri dari beberapa inisiator dan pengurus pusat seperti Dr. Zaitun Rasmin, Dr. Jeje Zainuddin, Ust. Fadlan Garamatan, Ust. Fahmi Salim, MA, Ust Adnin Armas, MA, dan Ust. Farid Okbah, MA. Adapun dari pihak HTI terdiri dari, Ust. Ir. Ismail Yusanto, Ust. Rohmat S. Labib, MEI, Ust.KH. Hafid Abdurrahman, MA, Ust. Reza R, Ust. M. Rahmat, K, dan Ust, Budi Darmawan.
Pertemuan berlangsung dengan hidmat dan penuh kekeluargaan. Selaku tuan rumah, pihak MIUMI mempersilahkan jubir HTI, Ir. Ismail Yusanto untuk mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya, beliau pun langsung menyampaikan beberapa poin terkait perkembangan HTI dan masalah keumatan di Indonesia dan global.
Pimpinan HTI Indonesia itu menuturkan bahwa, tantangan umas Islam pada masa kini bersifat, iktikadiah, siasiyah, iqtisadiyah, dan ijtimaiyah. Karena itu, penting melakukan upaya membangun informasi antar sesama harakah dan ormas keislaman, karena pada saat yang sama begitu banyak golongan yang ingin melakukan faksionalisasi dan fraksionalisasi terhadap umat Islam. Dan ini, kalau tidak disikapi dengan baik, akan menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan.
Saat ini, HTI juga menjadi salah satu sasaran tembak dan terzalimi, bahkan kami dituduh sebagai ISIS padahal di satu sisi pemimpin kami dieksekusi oleh ISIS di Yaman, kami juga ditangkapi Syiah Hausti, di Saudi juga kami diperlakukan tidak adil, padahal NU menuduh kami sebagai Wahabi.
Inilah manfaatnya kita melakukan interaksi, karena itu, pagi ini dengan izin Allah, kami sangat bahagia ketika dihubungi Ust. Fadlan untuk bertemu dan bersilaturrahim dengan para ulama di sini.
Akhir-akhir ini begitu banyak tuduhan pada HTI yang bertubi-tubi dari berbagai pihak, terutama media, maka HTI tidak merespon dengan maksimal karena hanya menghabiskan tenaga. Kami mengajak umat, untuk menyadari adanya pembusukan, ungkap Ismail Yusanto.
Ust Farid Okbah, langsung melayangkan pertanyaan kepada pihak HTI terkait isu-isu yang berkembang di tengah umat terutama posisi dan sikap HTI dalam memandang Syiah, dan serangan koalisi Arab Saudi ke Yaman.
Ust Rohmat S. Labib, dari HTI menjawab ketika menanggapi berbagai tuduhan kepada HTI, sebagai berikut:
Pertama. Pandangan HTI tentang Syiah dalam kitab-kitab panduan HTI, bahwa perbedaan Syiah dan Sunni bermula pada masalah imamah yang berbeda dengan khilafah sebagaimana yang diperjuangkan HTI. Begitu juga, terkait kitab2 fikih Syiah dengan HTI juga sangat berbeda. Kita merujuk pada hadis sedangkan mereka berpandukan pada perkataan imam mereka.
HTI melihat bahwa tidak ada satu pun nash yang mengatakan penetapan khalifah, maka inilah menjadi pembeda pokok karena Syiah memandang bahwa imamah berbentuk penetapan dari nash yang menetapkan bahwa hanya Ali dan beberapa Ahlul Bait berhak menjadi pengganti kepemimpinan Nabi.
Kedua, sikap terhadap para Sahabat. Syiah mengafirkan para khalifah dan sahabat serta melaknat mereka. Dalam kitab, Nizamul Hukmi fil-Khalifah, di situ semua diterangkan tata cara memilih dan mengangkat khalifah.
Sahabat itu adalah manusia yang adil, di sana disebutkan bahwa dalil syar'I merupakan ijmak sahabat, dan dari merekalah kita mendapatkan hadis Nabi, nah, jika mereka berijma' dalam satu masalah maka semestinya menjadi sebuah ketetapan hukum. Maka, HT memandang Sahabat secara kolektif sebagai ketetapan hukum. Inilah antara pandangan HTI sebagai dasar pembeda dengan syiah.
Ketiga. Syiah memiliki keyakinan tentang 'ishmatul aimmah, kemaksuman para imam, dan akidah taqiyah ditolak keras oleh HTI. Dari segi syariat Syiah menghalalkan nikah mut'ah yang diharamkan oleh umat Islam termasuk HT.
Dengan ini dapat kita mengambil kesimpulan bahwa perbedaan Syiah dengan HTI adalah pada tataran ushul dan furu', atau kita berbeda dengan Syiah dari segi pondasi dan bangunan.
Terkait desas-desus bahwa HT pernah menawari Imam Khomeini sebagai Khalifah, itu tidak benar. Pada saat itu, HT hanya menawarkan konsep khilafah sebagaimana dipahami oleh Ahlussunnah, dan jika Khomeini menerimanya, maka syarat pertama dan utama, ia harus beralih ke Ahlussunnah, dan jelas usulan HT ini ditolak mentah-mentah oleh Khomeini.
Terkait masalah, Yaman, tidak pernah ada satu kata pun yang menyatakan bahwa kami mendukung Hautsi yang syiah. Yang dikritik HT hanya Arab Saudi terlihat tidak tegas dalam membela Ahlusnnah di Suriah terus-menerus dibantai oleh Bashar Assad yang jelas-jelas beraliran Syiah Nushairiyah.
Ust. Zaitun Menanggapi bahwa dalam masalah furu' silahkan kita berbeda, namun komunikasi antar sesama harus dibangun dan dirawat. Kita sama-sama memperjuangkan syariat, adapun bagaimana bentuknya, itu bisa didiskusikan, yang jelas tujuan utama khilafah adalah menegakkan syariat.
Dan terkait masalah serangan "ashifatul hazm" oleh koalisi Arab Saudi, memang sangat dibutuhkan, karena Syiah Hautsi sudah mengancam Arab Saudi dan begitu kejam kepada para Ahlussunnah di Yaman, mereka tak segan-segan membunuh manusia-manusia tak bersalah secara kejam, termasuk mahasiswa asal Indonesia yang sudah belasan tewas oleh Hautsi.
Sedangkan terkait masalah dukungan Amerika terhadap Saudi untuk menyerang Yaman, pada hakikatnya hampir tidak ada negara yang tidak tergantung oleh Amerika, termasuk Iran sendiri. Dalam segi ekonomi saja, semua mata uang diukur dengan mata uang Amerika.
Ust. Jeje Zainuddin menambhakan bahwa operasi 'Badai Gurun' Saudi dan negara teluk karena Syiah Hautsi sudah berkoar mengancam akan merebut dan menduduki kota suci Makkah dan Madinah, maka menjadi kewajiban bersama umat Islam untuk menjaga keamanan dan kedua kota suci tersebut.
Sementara itu, Ust. Fahmi Salim melihat bahwa Syiah pada dasarnya adalah bagian dari peruntuh Khilafah Turki Usmani, bahkan Syiah sangat berperan penting menghadang kapal dagang Islam dari timteng di bawah bendera khilafah Usmani untuk masuk ke Nusantara, plus meloloskan Portugis untuk masuk menjajah dan menyebarkan agama Kristen. Jadi Syiah menjadi salah satu aktor penting krestenisasi di nusantara termasuk indonesia. Saat ini, zionis, kristen, dan syiah bersatu menghantam umat Islam.
Ust. Farid Okbah melihat bahwa saat ini, ada dua hal yang bisa menyatukan umat. Pertama adalah adanya tokoh kharismatik. Kalau dulu kita kenal KH. Hasyim As'ari dan Ahmad Dahlan, tapi saat ini kita benar-benar krisis tokoh. Kedua, adanya common enemy, atau musuh bersama. Saya melihat bahwa Syiah adalah musuh bersama yang dapat menyatukan umat. HTI termasuk dalam barisan umat yang melawan Syiah. (Ilham Kadir, HUMAS MIUMI Pusat).
0 comments: