Ulama adalah orang-orang yang benar-benar
hanya takut kepada Allah swt semata. Ketakutannya yang besar kepada
Allah, ia refleksikan dalam bentuk melaksanakan semua perintah Allah swt
dan RasulNya; di antaranya adalah perintah untuk menegakkan kembali Syariah dan Khilafah Islamiyyah.
Para alim ulama dari generasi salaf maupun khalaf telah sepakat bahwa menegakkan Khilafah Islamiyyah merupakan kewajiban penting di dalam Islam. Al-‘Allamah al-Imam Ibnu al-Haitamiy Asy Syafi’i rahimahullah ta’ala menyatakan di dalam Kitab Ash Shawaa`iq al-Muhriqah, juz 1, hal. 25 :
اِعْلَمْ أَيْضًا أَنَّ الصَّحَابَةَ رِضْوَانُ اللهِ تَعَالىَ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ أَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّ نَصْبَ اْلإِمَامِ بَعْدَ اِنْقِرَاضِ زَمَنِ النُّبُوَّةِ وَاجِبٌ بَلْ جَعَلُوْهُ أَهَمَّ الْوَاجِبَاتِ حَيْثُ اشْتَغَلُوْا بِهِ عَنْ دَفْنِ رَسُوْلِ اللهِ وَاخْتِلاَفُهُمْ فِي التَّعْيِيْنِ لاَ يَقْدِحُ فِي اْلإِجْمَاعِ الْمَذْكُوْرِ
“Ketahuilah juga; sesungguhnya seluruh shahabat telah sepakat bahwasanya mengangkat seorang Imam setelah berakhirnya zaman kenabian adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan kewajiban tersebut sebagai kewajiban yang paling penting. Sebab, mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban tersebut daripada kewajiban menyelenggarakan jenazah Rasulullah saw….”[‘Allamah Ibnu Hajar al-Haitamiy, Ash Shawaa'iqul Muhriqah, Juz 1, hal. 25]
Di dalam Kitab Wa Lillaahi al-Asmaa’ al-Husna, Syaikh al-Jalil rahimahullah menuturkan, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Imam Asy Sya’bi rahimahullah, “Wahai orang alim!”. Imam Asy Sya’biy ra pun menukas, “Orang yang alim adalah orang yang hanya takut kepada Allah swt”. Di dalam kitab yang sama, juga diceritakan bahwasanya seorang shahabat pilihan, Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu pernah berkata:
كفى بخشية الله علمًا، وكفى بالاغترار بالله جهلاً.
“Cukuplah dengan takut kepada Allah swt seseorang disebut ‘alim, dan cukuplah orang membangkang kepada Allah swt disebut orang-orang yang pandir”.
Seorang tabi’ut tabi’iin terkemuka Abu Hayyan at-Taimiy ra pernah menyatakan:
« العلماء ثلاثة : عالم بالله ، وعالم بأمر الله ، وعالم بالله وبأمر الله ، فأما العالم بالله : فهو الذي يخاف الله ، ولا يعلم السنة ، وأما العالم بأمر الله : فهو الذي يعلم السنة ، ولا يخاف الله ، وأما العالم بالله وبأمر الله : فهو الذي يعلم السنة ، ويخاف الله ، فذلك الذي يدعى عظيما في ملكوت السموات »
“Ulama itu ada 3 macam; pertama, ‘aalimun billahi (mengetahui Allah), kedua, ‘aalimun biamrillah (mengetahui perintah Allah), ketiga; ‘aalimun billahi wa biamrillah (mengetahui Allah dan perintah Allah). Adapun ‘aalimun billah (mengetahui Allah) adalah orang yang takut kepada Allah namun tidak mengetahui sunnah. Adapun ‘aalimun bi amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah tetapi tidak takut kepada Allah. Sedangkan ‘aalimun billahi wa amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah dan takut kepada Allah swt. Itulah orang yang disebut-sebut dengan penuh kebesaran di kerajaan langit”. [Al-Imam Al-Hafidz As Suyuthiy Asy Syafi’iy, Al-Durr al-Mantsuur, Juz 7, hal. 20]
Atas dasar itu, ulama adalah mereka yang dengan ilmunya ia benar-benar takut hanya kepada Allah swt. Sebaliknya, barangsiapa menolak bahkan membangkang terhadap kewajiban menegakkan Syariah dan Khilafah, sesungguhnya ia tidak layak disebut ulama, walaupun ia digelari dengan sebutan ulama. (LKU DPP HTI)
*
Para alim ulama dari generasi salaf maupun khalaf telah sepakat bahwa menegakkan Khilafah Islamiyyah merupakan kewajiban penting di dalam Islam. Al-‘Allamah al-Imam Ibnu al-Haitamiy Asy Syafi’i rahimahullah ta’ala menyatakan di dalam Kitab Ash Shawaa`iq al-Muhriqah, juz 1, hal. 25 :
اِعْلَمْ أَيْضًا أَنَّ الصَّحَابَةَ رِضْوَانُ اللهِ تَعَالىَ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ أَجْمَعُوْا عَلَى أَنَّ نَصْبَ اْلإِمَامِ بَعْدَ اِنْقِرَاضِ زَمَنِ النُّبُوَّةِ وَاجِبٌ بَلْ جَعَلُوْهُ أَهَمَّ الْوَاجِبَاتِ حَيْثُ اشْتَغَلُوْا بِهِ عَنْ دَفْنِ رَسُوْلِ اللهِ وَاخْتِلاَفُهُمْ فِي التَّعْيِيْنِ لاَ يَقْدِحُ فِي اْلإِجْمَاعِ الْمَذْكُوْرِ
“Ketahuilah juga; sesungguhnya seluruh shahabat telah sepakat bahwasanya mengangkat seorang Imam setelah berakhirnya zaman kenabian adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan kewajiban tersebut sebagai kewajiban yang paling penting. Sebab, mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban tersebut daripada kewajiban menyelenggarakan jenazah Rasulullah saw….”[‘Allamah Ibnu Hajar al-Haitamiy, Ash Shawaa'iqul Muhriqah, Juz 1, hal. 25]
Di dalam Kitab Wa Lillaahi al-Asmaa’ al-Husna, Syaikh al-Jalil rahimahullah menuturkan, bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Imam Asy Sya’bi rahimahullah, “Wahai orang alim!”. Imam Asy Sya’biy ra pun menukas, “Orang yang alim adalah orang yang hanya takut kepada Allah swt”. Di dalam kitab yang sama, juga diceritakan bahwasanya seorang shahabat pilihan, Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu pernah berkata:
كفى بخشية الله علمًا، وكفى بالاغترار بالله جهلاً.
“Cukuplah dengan takut kepada Allah swt seseorang disebut ‘alim, dan cukuplah orang membangkang kepada Allah swt disebut orang-orang yang pandir”.
Seorang tabi’ut tabi’iin terkemuka Abu Hayyan at-Taimiy ra pernah menyatakan:
« العلماء ثلاثة : عالم بالله ، وعالم بأمر الله ، وعالم بالله وبأمر الله ، فأما العالم بالله : فهو الذي يخاف الله ، ولا يعلم السنة ، وأما العالم بأمر الله : فهو الذي يعلم السنة ، ولا يخاف الله ، وأما العالم بالله وبأمر الله : فهو الذي يعلم السنة ، ويخاف الله ، فذلك الذي يدعى عظيما في ملكوت السموات »
“Ulama itu ada 3 macam; pertama, ‘aalimun billahi (mengetahui Allah), kedua, ‘aalimun biamrillah (mengetahui perintah Allah), ketiga; ‘aalimun billahi wa biamrillah (mengetahui Allah dan perintah Allah). Adapun ‘aalimun billah (mengetahui Allah) adalah orang yang takut kepada Allah namun tidak mengetahui sunnah. Adapun ‘aalimun bi amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah tetapi tidak takut kepada Allah. Sedangkan ‘aalimun billahi wa amrillah adalah orang yang mengetahui sunnah dan takut kepada Allah swt. Itulah orang yang disebut-sebut dengan penuh kebesaran di kerajaan langit”. [Al-Imam Al-Hafidz As Suyuthiy Asy Syafi’iy, Al-Durr al-Mantsuur, Juz 7, hal. 20]
Atas dasar itu, ulama adalah mereka yang dengan ilmunya ia benar-benar takut hanya kepada Allah swt. Sebaliknya, barangsiapa menolak bahkan membangkang terhadap kewajiban menegakkan Syariah dan Khilafah, sesungguhnya ia tidak layak disebut ulama, walaupun ia digelari dengan sebutan ulama. (LKU DPP HTI)
0 comments: