DIALOG KYAI DENGAN LIBERAL
Liberal : "Pak Kyai, anda ini sebenarnya gak pantes dakwah."
Kyai: "Oh yaa ???"
Liberal : "Karena anda sama sekali gak ngerti kaidah ushul fiqih."
Kyai : "Oh begitu ??"
Liberal : "Misalnya.. anda ini terlalu semangat menyuruh kami membuang demokrasi, padahal Khilafah yang anda kampanyekan masih belum ada."
Kyai : "Lha terus ???"
Liberal : "Ibarat pakaian, sebenarnya kami ini masih memakai baju butut berlubang-lubang... masa kami disuruh membuang pakaiannya? Telanjang dong.."
Kyai : "Oh."
Liberal : "Nah itu sangat bertentangan dengan kaidah ushul fiqih."
Kyai : "Yang mana ?"
Liberal : "Itu... yang "Maa laa yadroku kulluha laa yutroku kulluhu (Apa yang tidak bisa dilaksanakan semuanya jangan ditinggalkan semuanya}."
Kyai manggut-manggut sambil ngelus-ngelus janggotnya.
Kyai : "Antum pinter juga yah, sepertinya familiar dengan kaidah ushul fiqih."
Liberal : "Lho, gini-gini saya kan LC."
Kyai : "Oooh..., Boleh saya tanya mas ?"
Liberal : "Sialan, eeh.. maksudnya silahkan kyai.."
Kyai : "Menurut antum, orang Islam yang sudah shalat, puasa, zakat dll tapi belum melaksanakan hudud, jinayat... apakah mereka sudah pakai pakaian yang baik?'
Liberal : "Ya seperti itu tadi Kyai, ibaratnya mereka masih pakai baju butut."
Kyai : "Lha terus yang menurut antum.. kami "menyuruh telanjang" itu apakah antum menuduh kami menyuruh orang agar nggak shalat, nggal zakat dll... gitu?"
Liberal : "Ya nggak gitu kyai, tapi karena Kyai menyuruh kami membuang demokrasi, itu yang saya anggap menyuruh orang telanjang."
Kyai : "Oooh... Jadi menurut antum, orang Islam shalat, zakat, haji, tapi karena gak memakai demokrasi, antum anggap mereka telanjang?"
Liberal : "Yah... nggak kyai." [sambil keringetan]
Kyai : "Antum bener lulusan LC ?"
Liberal : "Benar Kyai, LC Lulusan Cibinong."
Kyai : "Wha ha ha ha..."
Kyai : "Gini mas liberal, kaidah yang kamu sampaikan tadi bener. Sekarang ini, semuanya lagi pakai baju butut berlubang-lubang, dan saya mengajak untuk memakai baju yang bagus. Tapi sekarang sulit karena bajunya belum selesai dijahit, sehingga otomatis semuanya masih memakai baju butut bertambal-tambal."
Liberal : "Berarti demokrasi boleh Kyai ?"
Kyai : "Lha demokrasi itu kotoran yang harus dibuang. Jadi, kalau menambal baju butut, maka harus benar-benar kain tambalan yang benar-benar dari Islam. Syariat mana yang belum dikerjakan, maka segera dilaksanakan sebisanya. Shalat yang belum sempurna, disempurnakan dan ditambah dengan nafilah-nafilah. Itulah namanya tambalan."
Liberal : "Ooh gitu ya Kyai ?"
Kyai : "Huuum... Jadi, demokrasi dan kotoran-kotoran lain harus dibersihkan. Dibersihkan pake istighfar yang banyak, dan jangan ambil lagi... sambil kita menyelesaikan baju yang baru. Jadi, walaupun baju butut, tapi kalau bersih tanpa kotoran, itu lebih sedap dipandang... daripada udah butut, kumal, kusam, berdaki, eeh.. masih dikotor-kotori pake demokrasi."
Liberal : "Iya kyai... cukup... cukup... syukran. Mulai sekarang saya akan ikut membuang demokrasi."
*
Liberal : "Pak Kyai, anda ini sebenarnya gak pantes dakwah."
Kyai: "Oh yaa ???"
Liberal : "Karena anda sama sekali gak ngerti kaidah ushul fiqih."
Kyai : "Oh begitu ??"
Liberal : "Misalnya.. anda ini terlalu semangat menyuruh kami membuang demokrasi, padahal Khilafah yang anda kampanyekan masih belum ada."
Kyai : "Lha terus ???"
Liberal : "Ibarat pakaian, sebenarnya kami ini masih memakai baju butut berlubang-lubang... masa kami disuruh membuang pakaiannya? Telanjang dong.."
Kyai : "Oh."
Liberal : "Nah itu sangat bertentangan dengan kaidah ushul fiqih."
Kyai : "Yang mana ?"
Liberal : "Itu... yang "Maa laa yadroku kulluha laa yutroku kulluhu (Apa yang tidak bisa dilaksanakan semuanya jangan ditinggalkan semuanya}."
Kyai manggut-manggut sambil ngelus-ngelus janggotnya.
Kyai : "Antum pinter juga yah, sepertinya familiar dengan kaidah ushul fiqih."
Liberal : "Lho, gini-gini saya kan LC."
Kyai : "Oooh..., Boleh saya tanya mas ?"
Liberal : "Sialan, eeh.. maksudnya silahkan kyai.."
Kyai : "Menurut antum, orang Islam yang sudah shalat, puasa, zakat dll tapi belum melaksanakan hudud, jinayat... apakah mereka sudah pakai pakaian yang baik?'
Liberal : "Ya seperti itu tadi Kyai, ibaratnya mereka masih pakai baju butut."
Kyai : "Lha terus yang menurut antum.. kami "menyuruh telanjang" itu apakah antum menuduh kami menyuruh orang agar nggak shalat, nggal zakat dll... gitu?"
Liberal : "Ya nggak gitu kyai, tapi karena Kyai menyuruh kami membuang demokrasi, itu yang saya anggap menyuruh orang telanjang."
Kyai : "Oooh... Jadi menurut antum, orang Islam shalat, zakat, haji, tapi karena gak memakai demokrasi, antum anggap mereka telanjang?"
Liberal : "Yah... nggak kyai." [sambil keringetan]
Kyai : "Antum bener lulusan LC ?"
Liberal : "Benar Kyai, LC Lulusan Cibinong."
Kyai : "Wha ha ha ha..."
Kyai : "Gini mas liberal, kaidah yang kamu sampaikan tadi bener. Sekarang ini, semuanya lagi pakai baju butut berlubang-lubang, dan saya mengajak untuk memakai baju yang bagus. Tapi sekarang sulit karena bajunya belum selesai dijahit, sehingga otomatis semuanya masih memakai baju butut bertambal-tambal."
Liberal : "Berarti demokrasi boleh Kyai ?"
Kyai : "Lha demokrasi itu kotoran yang harus dibuang. Jadi, kalau menambal baju butut, maka harus benar-benar kain tambalan yang benar-benar dari Islam. Syariat mana yang belum dikerjakan, maka segera dilaksanakan sebisanya. Shalat yang belum sempurna, disempurnakan dan ditambah dengan nafilah-nafilah. Itulah namanya tambalan."
Liberal : "Ooh gitu ya Kyai ?"
Kyai : "Huuum... Jadi, demokrasi dan kotoran-kotoran lain harus dibersihkan. Dibersihkan pake istighfar yang banyak, dan jangan ambil lagi... sambil kita menyelesaikan baju yang baru. Jadi, walaupun baju butut, tapi kalau bersih tanpa kotoran, itu lebih sedap dipandang... daripada udah butut, kumal, kusam, berdaki, eeh.. masih dikotor-kotori pake demokrasi."
Liberal : "Iya kyai... cukup... cukup... syukran. Mulai sekarang saya akan ikut membuang demokrasi."
0 comments: